lintasopini.com – Memasuki tahap perkembangan, individu akan mengalami masa transisi dan menghadapi berbagai krisis, baik fisik maupun psikologis. Peralihan dari remaja menuju dewasa mendorong individu untuk mulai merencanakan tujuan hidup dan masa depan.
Pernahkah anda mendengar tentang Quarter Life Crisis?
Quarter Life Crisis atau krisis usia seperempat abad merupakan istilah psikologi yang dapat diartikan sebagai keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun. Quarter Life Crisis ditandai dengan perasaan kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup. Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan sehingga mengalami kebingungan untuk memilih (tirto.id).
Apabila krisis kehidupan lain sering ditandai dengan perasaan gagal untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, Quarter Life Crisis cenderung krisis yang dialami karena individu belum memiliki tujuan yang jelas dan realistis dalam hidupnya. Pemicu Quarter Life Crisis umumnya berkaitan dengan karir, hubungan, hingga keinginan untuk memiliki properti. Pertanyaan seperti “Kapan wisuda? Kerja dimana? Kapan nikah? Usia segini kok belum mapan?” atau pertanyaan lain tentang langkah apa yang akan diambil melatarbelakangi tingkat depresi tinggi yang dialami usia 20-30an (Beaton, 2017).
Tanda-Tanda Mengalami Quarter Life Crisis
Meskipun Quarter Life Crisis merupakan hal yang lumrah dialami, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami krisis. Alhasil banyak yang mengalami krisis dan kesulitan untuk mengatasinya. Berikut beberapa tanda seseorang yang mengalami Quarter Life Crisis:
- Mulai Mempertanyakan Tujuan Hidup
Akan ada banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala ketika mengalami Quarter Life Crisis termasuk diantaranya eksistensi dan tujuan hidup di dunia ini. Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali sulit ditemukan jawabannya sehingga membuat frustasi.
- Merasa Tidak Bahagia
Merasa sulit bahagia padahal sudah banyak hal yang telah kamu lakukan dan dicapai. Kondisi ini bisa disebabkan karena kehilangan tujuan hidup sesungguhnya dan atau terlalu ambisius tanpa dibarengi usaha sepadan.
- Tertekan dengan Postingan di Sosial Media
Faktanya, media sosial lebih sering membuat seseorang merasa resah dan tertekan. Kabar kesuksesan teman yang seharusnya merupakan berita yang menyenangkan justru membuatmu cemas tanpa alasan dan merasa minder. Saat seseorang berada pada Quarter Life Crisis, ia akan merasa tertinggal dibanding teman seusianya, baik dalam karir, hubungan sosial, dan percintaan.
- Circle Pertemanan Berubah
Memasuki usia 20-30an terjadi perubahan lingkaran pertemanan dan itu merupakan hal yang wajar. Selain lingkaran pertemanan semakin mengecil, teman-teman yang ada pun akan semakin sulit untuk kamu temui saat itu.
- Merasa Kurang Motivasi
Saat Quarter Life Crisis menyerang, semangat melakukan aktivitas akan menurun. Kamu akan merasa lingkungan sekitarmu tidak bisa membantumu keluar dari masalah dan bingung antara tetap di zona nyaman atau keluar.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis
Setelah mengetahui Quarter Life Crisis sekarang saatnya memikirkan bagaimana cara mengatasinya. Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba:
- Kenali Diri dengan Baik
Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan, apa kelebihan serta kekuranganmu. Evaluasi sekaligus buat diri terus termotivasi untuk menjalani hidup. Saat tidak mengetahui tentang seluk beluk diri sendiri, kamu akan menemui banyak kesulitan untuk memetakan apa yang harus dilakukan.
- Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Membandinkan diri dengan orang lain secara terus-menerus membuat kesulitan bersyukur dan akhirnya menjadikan kita pengeluh. Untuk itu, lebih baik berhenti membandingkan diri dengan orang lain agar hidup menjadi lebih tenang dan tanpa beban.
- Menganggap Quarter Life Crisis sebagai Fase Hidup Normal
Memahami bahwa Quarter Life Crisis adalah hal yang normal dialami oleh setiap orang. Perasaan takut dan bingung berlebih justru menyebabkan kita semakin terjebak dan tidak kuasa untuk menentukan langkah.
- Buat Rencana Hidup
Pikirkan tentang rencana hidup dalam beberapa tahun mendatang. Selain manfaat yang bisa kita peroleh, merencanakan hidup juga melatih kedisiplinan, membuat kita lebih mengenal diri sendiri, dan fokus dengan tujuan hidup yang ingin dicapai.
- Menjauhi Toxic Relationship
Jalinlah hubungan dengan orang yang akan membuatmu merasa lebih bahagia dan memiliki tujuan hidup yang baik. Memiliki hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang lain akan memberikan kita dukungan moral dan keamanan emosional. Hubungan toxic lebih baik direlakan.
- Menjadi Produktif
Ada banyak keuntungan menjadi produktif. Pertama, pekerjaan akan selesai. Kedua, tanpa kamu sadari, kamu akan mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan di kepalamu melalui rutinitas yang kamu lakukan. Jangan pernah ragu juga untuk mencoba hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan, karena kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu temukan di masa depan.
Diperlukan sikap optimisme dalam menghadapi kehidupan ini. Quarter life crisis yang terjadi akibat masa transisi dari remaja menuju dewasa bisa mengarah pada hal yang salah jika individu tidak mempunyai konsep, bekal pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi kehidupan.
Sumber:
- Beaton, Caroline. “Why Millennials Need Quarter-Life Crises”
- Robinson, Oliver. “Quarterlife Crisis: An overview of theory and research”
- Nurhadianti, R., & Diah, D. Quarter Life Crisis. None.
- https://www.gramedia.com/literasi/tentang-quarter-life-crisis-dan-cara-terbaik-untuk-melewatinya/