Apa itu Inner Child?
Menurut Stephen A. Diamond Ph.D, inner child merupakan sekumpulan peristiwa baik maupun buruk yang dialami anak yang kemudian membentuk kepribadian dewasanya. Peristiwa yang terjadi dimasa kanak-kanak akan tertanam di alam bawah sadar menjadi long term memory, itulah mengapa inner child akan berpengaruh terhadap kepribadian, cara bersikap dan pengambilan keputusan.
Dalam event Mommies Daily bertema “Deep Secrets dan Inner Child Healing”, Irma Gustiana, M.Psi, Psikolog mengemukakan beberapa penyebab inner child, antara lain:
- Kehilangan orang tua akibat perceraian
- Pengabaian fisik dan atau emosional karean orang tua sangat sibuk
- KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
- Penggunaan narkoba dalam rumah tangga
- Pelecehan seksual
- Mengalami kekerasan, bullying dan Intimidasi parah
- Bencana alam hingga menjadi pengungsi
Seperti ulasan sebelumnya, inner child tentu memiliki dampak bagi diri kita sendiri maupun bagi anak kita kelak. Kebanyakan kasus inner child yang dialami berdampak negatif bahkan menjadi lingkaran yang sulit diputuskan. Efek jangka panjang pada seseorang yang memiliki karakteristik inner child biasanya cenderung merasa takut ditinggalkan, merasa kesepian, tidak berdaya, mudah marah, menentang dan kasar. Sayangnya, disadari atau tidak ketika sudah menjadi orang tua inner child negatif ini malah diterapkan pada saat mengasuh anak-anaknya. Berikut pengaruh inner child orang tua dalam mengasuh anak yang seringkali dijumpai:
- Emosi sering meledak-ledak
- Terlalu memanjakan anak
- Over protective
- Membanding-bandingkan masa kecil dulu dengan sekarang
- Bersikap displin dan keras dalam mendidik anak
Menurut penjelasan dari psikolog anak klinis di Sensory Playhouse, Rininta Meyftanoria, S.Psi, M.Psi, Psikolog, ciri-ciri orang tua dengan inner child yang terluka, antara lain:
- Memiliki harga diri rendah/ perasaan tidak berharga
- Memiliki citra diri yang buruk
- Emosi tidak stabil
- Tidak mampu membedakan situasi serius dan bercanda
- Mudah tersinggung dan marah
- Menutup diri dan tidak mempercayai orang lain
- Melukai diri sendiri atau self-sabotage
Cara Menyembuhkan Inner Child yang Terluka
Rininta yang juga memaparkan bahwa perlu waktu lama untuk menyembuhkan inner child yang terluka sama seperti ketika membentuk inner child tersebut. Meski demikian bukan berarti inner child tidak bisa disembuhkan. Ada beberapa tahap yang bisa dilakukan untuk mulai merangkul inner child dengan cinta:
- Menerima keberadaan inner child dan mengakui bahwa ada bagian diri yang terluka.
- Sayangi inner child, bayangkan situasi menyakitkan yang dialami inner child kemudian beri dukungan yang dibutuhkannya di masa lalu, komunikasikan secara lisan ataupun tertulis (misal menulis surat untuk diri sendiri di masa lalu).
- Reparenting inner child. Reparenting adalah memberikan inner child hal yang tidak diterimanya di masa lalu.
- Jadi orang tua yang playfull, dengan bermain akan menimbulkan rasa bahagia pada anak, orang tua sekaligus inner child.
- Saat perilaku anak memantik amarah, coba untuk berlatih pernapasan dengan mindfull (sadar). Jika terlanjur marah, evaluasi amarah yang terjadi, cari penyebabnya (apakah karena anak atau karena di masa lalu pernah mengalami hal serupa).
- Sempatkan waktu untuk self-care.
Perlu diingat bahwa dalam pengasuhan sangat penting untuk selalu menjaga perasaan anak sehingga tidak membuat mereka terluka.
Sumber:
Laela, M. N., & Rohmah, U. (2022). KETERKAITAN POLA ASUH DAN INNER CHILD PADA TUMBUH KEMBANG ANAK. Prosiding Lokakarya Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN Ponorogo, 1, 40-50.
https://sangbuahhati.com/baca/dampak-inner-child-terhadap-pengasuhan-anak https://skata.info/article/detail/760/luka-pengasuhan-di-masa-lalu-dapatkah-disembuhkan