Apakah Anda Pribadi Secure Atau Insecure?

LintasOpini.com – Di antara Anda pasti sudah mengenal istilah insecure, bagaimana dengan secure? Apa sih bedanya? Baiknya secure atau insecure sih?

Dikutip dari psikolog Inggris pada tahun 1973 bernama John Bowlby terdapat perbedaan kualitas hubungan pada setiap individu yang dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu: secure attachment dan insecure attachment.

Attachment ini sangat dipengaruhi pada saat proses pengasuhan. Menurut Bowlby, attachment ini ditunjukan dengan perilaku menangis, mendekati, mencari kontak, berusaha untuk mempertahankan kontak pada orang tuanya ketika anak sedang mencari kenyamanan dan ketentraman. Lalu bagaimana bila attachment ini gagal didapat sejak kecil? Apakah berpengaruh ketika dewasa? Atau menjadi luka pengasuhan atau innerchild?

Tidak terpenuhinya ikatan emosional atau attachment yang melibatkan keinginan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan orang tertentu terutama dalam keadaan sulit serta tidak adanya sistem yang menyediakan rasa aman, perlindungan dan keselamatan inilah yang menjadi awal perasaan insecure.

Bagaimana dengan Secure?

Secure dikatakan sebagai suatu keadaan dimana tidak adanya masalah dalam perhatian, kenyamanan dan keamanan. Adanya perasaan aman dalam hubungan mengindikasikan bahwa sumber kenyamanan dan keamanan terpenuhi. Perasaan secure inilah yang membuat individu berani untuk berinteraksi dengan dunia, lebih mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya serta mengingat masa-masa kecilnya sebagai momen yang menyenangkan.

Apakah saya pribadi secure atau insecure? Apakah memiliki perasaan insecure wajar?

Perasaan insecure sejatinya masih dianggap normal asal tidak memengaruhi kemampuan sosial atau aktivitas sehari-hari, meminta tolong ke profesional seperti psikolog dapat menguraikan dan menyelesaikan masalah yang Anda alami sehingga rasa insecure bisa diatasi dengan baik.

Ada beberapa tanda orang insecure, di antaranya sebagai berikut:

1. Terlampau takut gagal dan tidak berani keluar dari zona nyaman.

2. Mudah menganggap dirinya tidak berharga dan selalu meragukan kemampuan diri.

3. Rasa cemas berlebihan sehingga menyebabkan menjadi tertutup, murung, mudah stres, mudah gelisah, dan selalu menganggap orang lain lebih hebat.

4. Tidak bersemangat dalam menjalani kegiatan sehari-hari, kemampuan bersosialisasi pun menjadi rendah karena merasa tidak percaya diri untuk membangun relasi.

Meski umum dialami, bukan berarti rasa insecure harus dibiarkan ‘menetap’ di dalam diri.

Lalu bagaimana mengatasinya?

Pertama, pilihlah lingkungan yang membangun dan membuat Anda berkembang. Kelilingilah diri Anda dengan lingkungan pertemanan yang baik bisa membangkitkan motivasi dan kemampuan dalam diri Anda. Kedua, penting untuk berusaha meningkatkan kepercayaan diri atau self-esteem. Belajarlah untuk mengenal diri lebih dalam serta meningkatkan value diri Anda. Tunjukan bahwa Anda ‘Cukup’ tanpa perlu pengakuan orang lain.

Terakhir, jangan mudah tertekan atau terbawa perasaan pada ucapan-ucapan orang lain. Ingatlah bahwa ucapan orang bukanlah hal yang bisa kita kontrol. Jadikan kritikan sebagai motivasi yang kembali membangun diri menjadi lebih baik. (Amal)

Sumber:

www.klikdokter.com/info-sehat/

Rimbawati, A. (2015). Dinamika attachment pada gay dewasa muda Kota Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.