JAKARTA – Sebagai orangtua kita pasti jengkel bila meminta anak untuk mengerjakan sesuatu atau memberi mereka nasehat tetapi mereka malah melawan dan tidak mau mendengarkannya, bukan? Apa sih penyebab mereka begitu? Mungkin kita sebagai orangtua juga termasuk penyebabnya.
Mengutip tulisan dari Psikolog Adele Faber dan Elaine Mazlish dalam buku berjudul ‘How To Talk so Kids Will Listen and Listen so Kids Will Talk’ (2012) bahwa selama ini orang tua hanya berkonsentrasi untuk menghadapi perasaan negative anak namun tanpa sadar orangtua harus fokus juga membantu menghadapi perasaan negatif dirinya sendiri.
Menurut Adele, orangtua seringkali menggunakan berbagai cara agar anaknya menurutinya. Sayangnya, cara yang cenderung memaksa justru merugikan anak. Adele menyarankan agar orang tua lebih berempati dan mengumpamakan kalau dirinya sebagai anak, apakah mereka cukup didengar dan atau apakah mereka divalidasi perasaannya. Berikut perilaku orang tua yang tanpa disadari justru mendidik anak pemberontak:
1. Menyalahkan dan Menuduh Tanpa Alasan Jelas
“Bisakah kamu melakukan segala sesuatu dengan benar”, “Kamu nggak pernah mendengarkan.” adalah contoh kalimat menyalahkan dan menuduh anak.
2. Mengejek atau Melabeli Anak
Kadang tanpa disadari orangtua menjadi peramal dan pelabel anak. Kesalahan yang terjadi pada anak dengan mudahnya diprediksi atau dengan yakin orangtua mengatakan sesuatu yang nyatanya tidak dilakukan anak. Misalnya Ketika tanpa sadar anda mengatakan, “Yang kamu lakukan itu bodoh sekali”, “Biar sini mama yang memperbaiki. Kamu gitu aja gak bisa bisa”, atau “Coba lihat caramu makan. Itu kan menjijikkan”.
3. Mengancam
Saat semua tak berjalan semestinya orangtua biasanya meminta anak dengan ancaman atau terkadang dengan perkataan yang malah menakutkan, contoh: “Awas ya kamu kalau malu-maluin mama nanti!”
4. Memarahi di Depan Orang Banyak
Misalnya ketika di toko buku anak tiba-tiba mengambil barang orang lain, Anda langsung marah dan menceramahinya saat itu juga dengan kalimat seperti ini, “Apa kamu pikir ini bagus, mengambil buku orang tanpa ijin? kamu tahu gak pentingnya sopan santun? kalau kamu mau orang lain sopan ke kamu, kamu juga harus sopan ke orang lain dong!”
5. Pernyataan Menyindir
Menyindir anak walaupun tujuannya baik belum tentu bisa diterima dengan baik oleh anak, contoh saat anak Anda sulit meningkatkan prestasi sekolahnya kemudian Anda mulai berkomentar, “Kamu tinggal sekolah aja gak pinter pinter, mama tuh capek nyari duit buat kamu!” alih-alih menasehatinya dengan cara yang baik.
6. Membandingkan
Tiap anak diciptakan unik, bahkan kembar identik pun memiliki kepribadian yang tak sama. Sehingga, membandingkan anak dengan saudara ataupun anak lain tentu bukan suatu tindakan yang bijak. Hal itu hanya akan membuat anak merasa tidak diterima dan dimengerti.
7. Sarkasme
Apakah Anda adalah orangtua yang mengatakan anak ‘pintar’ ketika anak melakukan kesalahan? Tahukah Anda itu termasuk sarkasme yang bisa menyakiti perasaan anak? Cobalah untuk memberitahu dan menasehati anak dengan cara yang baik. Meski begitu, orang tua tetap tidak boleh memukul atau berteriak, lalu bagaimana agar anak patuh, menurut ketika diberi nasehat dan tidak melawan? Kedua orang tua harus memahami bahwa terdapat waktu yang efektif untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nasihatnya.

Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu yang efektif untuk mengarahkan, membangun pola fikir, mengarahkan perilaku dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak. Hal ini tidak lain karena besarnya penerimaan si anak pada waktu-waktu semacam ini. Dari buku “Prophetic Parenting” karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Rasulullah SAW mengajarkan tiga waktu mendasar dalam memberi nasehat kepada anak yaitu:
- Dalam Perjalanan
Riwayat Al-Hakim dalam kitab mustadakarya (3/541) menegaskan bahwa perjalanan itu dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallah’anhuma:
“Nabi SAW diberi hadiah seekor bighal, beliau lalu menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku di belakangnya kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil. “Hai anak kecil.” Aku jawab, ”abbaika, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda “Jagalah agama Allah niscaya dia menjagamu… “
- Waktu Makan
Rasulullah SAW makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan kemudian beliau memberikan pengarahan dan nasehat sesuai akal anak, Rasulullah SAW pun meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah radhiyallahu’anhuma ia berkata:
“Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah SAW. Tanganku bergerak ke sana ke mari di nampan makanan. Rasullullah SAW bersabda kepadaku: “Hai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanmu.” Sejak itu, begitulah cara makanku.
Dalam riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibbandalam kitab Shahihnya disebutkan dengan lafal:
“Mendekatlah wahai anakku, ucapkanlah basmallah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanmu.”
- Waktu Anak Sakit
Sakit dapat melunakan hati yang keras. Rasulullah SAW telah memberikan pengarahan atas hal ini. Beliau menjenguk anak Yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk islam. Kunjungan ini menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas radhiyaallau anhu, ia berkata:
“Seorang anak yahudi yang menjadi pelayan Nabi Muhammad SAW sakit. Nabi SAW datang menjenguknya, beliau duduk di dekat kepalanya dan bersabda kepadanya. “Masuk Islamlah engkau.“ Dia melihat ke arah bapaknya yang saat itu juga berada di sana. Si bapak berkata. “Turutilah Abul Qasim.“ Maka, dia pun masuk Islam.
Demikianlah ketiga waktu yang efektif untuk memberikan nasehat kepada anak. Selain itu bisa ditambahkan waktu-waktu lainnya yang diperikirakan sebagai waktu yang tepat bagi kedua orang tua untuk menasehati anak-anak mereka. (amal)
Sumber:
https://www.sditalkahfi.sch.id/3-waktu-yang-efektif-memberikan-nasihat-kepada-anak/